Rumput Tetangga

Kalimat di judul tentang Rumput Tetangga ini maksudnya bukan kisah penggembalaan hewan ternak yang butuh rumput loh, apalagi kisah selimut tetangga 😂
Gambar: Webtoon "Virgo and The Sparklings"

"Aku iri padamu, kau bisa luwes berbicara di depan panggung tanpa terlihat grogi sama sekali"
"Aku iri padamu, bisa deket sama dosen gitu enak kali ya"
"Kamu keren ya bisa punya aktivitas banyak tapi tetep IP bagus"
"Loh, kamu nyambi part time gitu? Aku juga mau dong"
"Enak ngga jadi asisten peneliti? Kayaknya susah gitu walaupun bayarannya lumayan"
"Kamu pernah ke situ? Waaah aku belum. Kapan ya bisa ikutan kamu"
"Hidupmu enak ya? Bisa bla bla bla bla"

Pernah mendapat ungkapan begitu dari seseorang? Atau justru kita yang mengungkapkannya ke orang lain?
Masih serupa dengan pembahasan tentang Dualisme Realitas, namun ini akan berfokus pada refleksi masing-masing dari kita, tentang pembandingan diri kita dan orang lain. 
Setiap orang memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Tanpa terkecuali. Orang yang terlihat wow pun pernah merasakan jatuh bangun menjaga semangat perjuangan. Sampai akhirnya terlihat pencapaiannya. Begitupun kita, kita memiliki kisah sendiri. Hanya kita yang mengetahui bagaimana lika liku jalanan yang kita lewati. Ada quotes bagus dari Tere Liye yang bisa kita teladani, kurang lebih seperti ini,
"Kita tak perlu menunjukkan seberapa baik diri kita kepada orang lain, karena orang yang membencimu tak akan pecaya, dan orang yang menyukaimu tak memerlukannya". Ya, kita dan mereka memiliki kisah yang berbeda, tak perlu membandingkan.
Membandingkan tidak sama dengan evaluasi diri. Jika kita mengevaluasi diri, berarti kita berfikir tentang apa saja yang perlu kita perbaiki. Kemudian kita bisa meneladani orang lain agar kita memiliki role model untuk menjadi lebih baik. Hanya meneladani dan meniru, bukan membanding-bandingkan.
Bagiku, membandingkan suatu hal dengan hal lain tidak akan pernah bisa adil. Tidak adil bagi hal yang kita bandingkan, pun tidak adil pula pada hati dan pikiran yg mengarang berbagai poin perbandingan serta mencatatnya di memori. 
Jangan pernah membandingkan milik kita dengan orang lain, pun membandingkan diri kita dengan orang lain. Bayangkan saja dampaknya. Jika kita merasa lebih baik, kita tidak akan merasa bersyukur, justru menumbuhkan kesombongan. Begitupun sebaliknya, jika kita merasa lebih buruk, justru bisa memicu masalah dan rasa iri dengki dalam hati. Mungkin kebanyakan orang lebih cenderung ke sini, karena peribahasa terkenal di negara kita adalah "rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau" yang artinya milik orang lain akan selalu terlihat lebih wah daripada milik sendiri.
Mari berhenti membandingkan...
Terimalah diri dan apa yang kita miliki dengan sepenuh hati. 
Bersyukurlah atas setiap pencapaian kita dari rasa lelah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuk

Bapak

Adek