Bapak


Hari ini yang bakal kuceritain adalah Bapak. Sama seperti Ibuk, aku cuman bisa mengutip dan menuliskan sedikit tentang Bapak, karena kalau kuceritakan semuanya pun nggak akan selesai.
Bapakku juga seorang penjahit, sama dengan Ibukku. Bapak juga biasanya mainan jual beli mesin jahit, service mesin jahit dan mesin-mesin lainnya. Haha kalau radio, TV, mesin cuci, atau kulkas di rumah ada yang rusak, tangan Bapak seolah nggak bisa diem pingin nyoba memperbaiki. Hasilnya? Haha sebagian memang oke, sebagian jadi aneh, sebagian nggak beres wkwk. Nggak papa, “yang penting udah diusahakan”, gitu kata Bapak.
Dulu, Bapakku pernah gemuk, putih, berkumis tebal, tapi nggak begitu tinggi. Hehe, sekarang perawakannya kurus, kulitnya makin coklat yang nggak ketutup baju, belang banget sama kulit badan haha, dan juga sekarang bersih gak berkumis wkwkwk. Ah, lucu sekali, waktu aku SMA itu tiba-tiba Bapak yang nggak pernah mau disinggung masalah kumis jadi mau cukur kumis, bersih pula hahahaha. Aku ngakak dan seharian aku membahas tentang itu. Aku sudah bercerita kan kalau SMA aku tinggal beda rumah dengan orang tuaku? Ya, sewaktu aku pulang, dikasih surprise begitu, gimana nggak ketawa ngakak coba?
Dulu, bapakku adalah orang yang nggak banyak bicara. Bapakku sangat irit bicara, kalau nggak perlu, nggak penting, jarang sekali bicara, apalagi komentar-komentar. Itulah kenapa, aku pun jadi agak “terbatas” kalau ngobrol dengan Bapak. Tapi, entah sejak kapan aku mulai sadar Bapak pun sekarang bisa diajak ngobrol dan cerita tentang apapun, bahkan tentang asmara haha. Ah, Bapak!
Bapakku adalah orang yang benar-benar menghargai waktu, jadi cukup keras mendidik keluarganya untuk disiplin. Bangun harus pagi, melakukan apapun, tidak boleh tidur lagi selepas subuh, sholat diusahakan di awal waktu, waktunya belajar ya belajar, main ya main, tidur ya tidur, janji harus ditepati pada hari dan jam sesuai kesepakatan, nggak boleh sampe membiarkan orang lain menunggu kita. Bapak cukup strict tentang waktu, sampai sekarang.
Bapakku adalah orang yang keras kepala. Sekalinya memutuskan atau berpendapat tentang sesuatu, susah sekali dibelokkan. Misalnya tentang rambut panjang, aku dan ibuk sebagai wanita diminta harus selalu punya rambut panjang. Sekalinya lihat aku potong pendek sebahu (karena nekat pingin nyoba) aku nggak diajak ngomong seminggu hahaha. Ampun Pak!
Bapakku adalah orang yang penyayang, terutama dengan anak-anak kecil. Ah, dulu perawakannya yang berkumis dan terlihat galak, sekarang tanpa kumis jadinya imut kalau berurusan dengan anak kecil hehehe. Dua anak tetanggaku, Hafidz dan Dinda pun jadi nempel dengan Bapakku, terutama Hafidz. Seringkali memilih ikut Bapak daripada orang tuanya. Ya, maklum saja, kedua orang tuanya memang bekerja dari pagi sampai sore, krucil kecil ini sering main di rumah, diajak Bapak ke pasar untuk belanja, ke mana-mana. Ya, mungkin bagi bapak, anaknya nggak cuman dua, tapi empat. Hafidz itu seolah punya dua rumah, mulai mandi, tidur, makan, baju, sandal, sepeda, cemilan, bahkan berobat kalau sakit pun biasanya Bapak ikut andil.
Bapak juga orang yang paling bisa diandelin plus mau banget diribetin sama keluarganya. Apapun yang dibutuhin keluarga biasanya Bapak tanpa bla bli blu langsung cuss. Entah itu sekedar beliin ibuk bedak, beliin anaknya susu murni atau cemilan, nganter ke sini, nganter ke situ, ngurus surat ini, ngurus surat itu. Bapak adalah orang pertama yang bakal kita repotin. Bukan hanya di keluarga kecilku, tetapi juga akhirnya nular ke keluarga besar. Kalau butuh bantuan, Bapak adalah orang yang biasanya dituju. Karena memang secara waktu, Bapaklah yang paling fleksibel, kerja suka-suka nggak ada jam kerja apapun. Ah, aku bener-bener bersyukur punya Bapak. Hal yang membuatku sering gemas adalah Bapak suka sekali “tiba-tiba”. Misalnya, aku cuman bergumam, “punya koper kayaknya enak” eh tiba-tiba suatu hari pulang dari mana gitu bawain koper. Aku bergumam pulsaku habis eh tiba-tiba pulsaku ngisi. Bergumam apapun yang menurut Bapak penting untukku, pasti “tiba-tiba” ada. Atau sekedar cerita aku lagi sakit, tiba-tiba bapak udah di depan kos atau kontrakanku di Surabaya buat jemput aku pulang. Wkwk nggak ada duanya nih orang macem Bapak di hidupku.
Bapak juga orang yang paling nggak betah diam, nggak ngapa-ngapain, kecuali memang sakit. Ya, kalau lagi ke rumah saudara pun Bapak paling nggak bisa diem anteng nggak melakukan apapun, sifat ini nular banget ke aku.
Dari Bapak pula lah aku belajar hal-hal menarik seperti cabut rumput di depan rumah, ngerawat taneman, ngecat tembok, mlitur, mainan tangga, naik ke atap, bersepeda, benerin barang ini itu, ngangkat galon, ah, hal-hal perkasa begitu sudah biasa kulakukan bersama Bapak.
Banyak sifat Bapak yang akhirnya “nular” ke aku. Apa aja? Ah ya begitulah, hehe. Buah emang enggak jatuh jauh dari pohonnya ya. Ya, aku banyak belajar dan meniru Bapak. Bapak selalu mengajarkan anak wedoknya buat mandiri, nggak boleh bergantung ke orang lain, nggak boleh berharap banyak ke manusia, selalu yakin kepada Allah sang Maha segalanya, selalu berusaha sampe titik kemampuan, kalaupun memang tidak bisa tak apa -yang penting sudah berusaha-, selalu bahagia saat melakukan sesuatu (bagi bapak hal ini penting, karena kalau nggak bahagia, susah nantinya – hasil yang didapat juga tidak pernah menyenangkan bagi hati-), dan mau mencoba. Bapak tidak pernah mengajarkan aku untuk berani, Bapak hanya mengajarkan aku untuk mau mencoba, apapun.
Begitulah Bapakku.

#Nisa'scircleoflove


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuk

Adek