Biarkan saja aku! (2)

Bukannya aku tidak butuh orang lain, bukaaan.
Bukannya aku tidak ingin meminta bantuan, bukaaan
Bukannya aku egois, idealis, solois, soliteris atau apalah itu namanya, bukaaan.
Aku sama seperti kebanyakan orang, sama...
Aku juga butuh berbagi cerita kalau ada masalah,
Aku juga butuh partner diskusi ketika perlu solusi,
Aku juga butuh bantuan,
Dan aku juga butuh motivasi dari orang saat kesusahan.
Hanya saja...
Bagaimana kuharus menjelaskan sesuatu yang paradoks ini? 
Sederhana saja, aku hanya tidak ingin membebani orang lain, atau kalau menggunakan istilah yang egois, "biarkan aku mencoba menyelesaikannya sendiri, karena aku yakin aku masih bisa". 
Aku sedikit "trauma" dengan respon negatif orang lain yang sudah sudah ketika aku meminta bantuan. Aku juga sudah seringkali kecewa jika ada respon-respon negatif yang aku terima dari orang lain saat aku merepotkan mereka (baca: minta waktu, minta bantuan, atau minta hal lainnya). Kalau mau positif thinking sih mungkin karena aku saja yang salah momen. Begitulah...
Maaf, tapi, aku mudah sekali berekspektasi tinggi dengan harapanku ke orang lain. Jadi, begitulah, mudah sekali bagiku merasa kecewa juga. 
Memang, kita tidak bisa menggeneralisasikan bahwa semua orang akan sama. Tidak, tidak. Aku adalah orang yang percaya bahwa manusia memiliki individual differences atau perbedaan tentang banyak hal pada diri individu untuk membuatnya berbeda dengan orang lain. Memang... 
Ada orang yang memiliki perilaku pro sosial atau  sederhananya suka membantu orang lain. Ada. Tapi, berapa banyak? Entah! Aku tak tau. 
Ada juga orang yang tak suka membantu, atau mau membantu dengan persyaratan. Ada. Berapa banyak? Entah juga! Aku tak tau.
Apakah yang kurang pro sosial itu salah? Tidak salah, tidak, tidak. Semua orang memiliki hak untuk memilih seperti apa dirinya akan bersikap dan berperilaku sesuai nilai dan keyakinan yang dipegangnya.
Kembali ke pernyataan awalku, aku bukannya tidak butuh atau tidak mau melibatkan orang lain dalam kerikil kehidupan yang aku temui di jalan. Hanya saja, aku tidak mau merepotkan atau menjadi beban. Aku tidak mau nantinya ketika aku melibatkan orang lain, kemudian aku berekspektasi pada orang itu, tetapi orang itu justru mengecewakanku (lebih tepatnya mengecewakan ekspektasiku), dan aku akan merasa menyesal melibatkannya. "Melibatkan" dalam hal ini memiliki arti yang luas ya, tentang apa saja yang mengikutsertakan orang lain. 
Sebisa mungkin akan kuhindari. Tapi, jika orang itu memaksa, baiklah. Semoga keterlibatannya menjadi amal jariyah untuknya. Ah iya, adakalanya, ketika aku sudah benar-benar membutuhkan uluran tangan, aku akan bilang. Kalau sudah seperti ini, aku sudah tidak akan ambil pusing tentang bagaimana respon orang atas permintaanku. Mau membantu syukur, tidak pun tak apa, aku tidak akan kecewa.
Satu hal penting, walaupun aku tipe yang tidak ingin merepotkan, tapi hubunganku dengan orang lain tetap aku jaga sebaik mungkin, kok. Interaksiku masih tetap normal seperti orang lain pada umumnya. Ketika orang memerlukan bantuan pun, tenang saja. Tenagaku akan cukup kuat untuk membantu. 
Jadi lagi-lagi, biarkan saja aku hidup dengan caraku, aku tak akan mengganggu, dan semisal kalau aku perlu bantuan, cukup siapkan saja pelukan (mahram) atau saran 😁

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuk

Bapak

Adek