Pertemuan Semu (1)


Masih begitu berat untukku membuka mata. Yaa, mataku memang sedang kupekerjakan secara romusha. Aku paksa lihat layar berjam-jam sampai larut. Tanpa kugaji vitamin mata atau kacamata anti radiasi. Aku cuman berpikir kalau aku harus segera menyelesaikan tugas akhirku agar aku bisa balas dendam tidur sesuka hatiku. Tapi tetap aku harus membuka mata agar orang yang membangunkanku puas melihatku terbangun. Belum penuh bola mataku terbuka, seketika dia bertanya
"Kau berangkat jam berapa?"
"Ah? Berangkat ke mana?"
"Kau tidak keluar?"
"Oh iya, ada rencana keluar memang"
"Jam berapa?"
"Jam 9 mungkin. Kenapa?"
"Sepertinya aku perlu ke klinik untuk periksa"
Dengan berat kepala aku beranjak, dan menempelkan telapak tanganku ke dahi dan lehernya, sudah ala emak-emak yang mengecek demam anak perempuannya. 
"Tak apa. Sudah lebih baik daripada kemarin. Wajahmu juga sudah tidak merah lagi, cukup segar. Ndak perlu nambah obat lagi lewat klinik. Makan yang banyak aja. Minum yang banyak juga. Trus tidur sana. Jangan ganggu tidur orang. Kau merusak rajutan mim..."
Belum genap kalimatku, belum tertutup mulutku, dia sudah protes lagi.
"Ini sudah jam 6. Kau harusnya malu pada ayam tetangga. Bangunlah! Tolong belikan aku sarapan. Daripada aku beli sendiri terus pingsan di jalan"
"Hahaha nggakpapaaa, aku siap nggotong kamu pulang. Kabarin aja pingsan di mana!"
"Sial. Ayo bangun, tolong aku ya!"
"Baiklaaah, tunggu kesadaran ku pulih paling tidak 10 menit lagi"
"Yasudah, terserah!"
Aku kedip-kedip menggerakkan kelopak mata, memaksanya lagi untuk berjaga. Aku juga menggerak-gerakkan jari, memaksanya untuk senam pompa jantung seperti yang pernah diajarkan dokter-dokter kepadaku. Tiba-tiba saja, semua memori mimpiku dari tidur habis subuh terajut kembali. Kuingat bagian per bagian. Kuingat saat dia pertama datang, melakukan pertunjukan dengan semua rekannya dari akademi. Kuingat dia mencari-cariku. Kuingat bagaimana paniknya dia karena tidak bisa menemukanku. Sampai singkat cerita, aku peluk kepala sampai lehernya dari belakang, karena posisiku memang saat itu lebih tinggi. Dan sialnya, belum lengkap percakapanku dengannya, manusia satu itu membangunkanku dengan paksa. Aku mulai bercerita padanya.
"Aku bertemu lagi dengannya"
"Loh, kapan? Emang dia pulang?"
"Enggak sih, cuman mimpi. Haha tapi terasa nyata."
"Ah kamu! Gitu aja seneng banget!"
"Kamu tau lah, mimpi tentang dia itu sesuatu yang langka. Kalau tidak sedang kangen, ya rindu. Hahaha"
"Hei! Sadar! Dia sudah bukan siapa-siapamu"
"Hei! Apa salahnya? Aku masih menyukainya."
"Tidak salah sih, tapi yasudah lah, terserah kamu. Asal kamu seneng, nggak mimpiin monster mulu!"
"Naaah, tuh tau. Hahaha. Tapi kamu ngebangunin aku di saat yang nggak pas bangeeet. Kamu ngerusak mimpikuuu!"
"Hahaha sorry-sorry. Biar nggak baper lagi"
OK. Fine. Aku hanya bisa diam dan mengiyakan.
Baiklah, aku harus siap-siap ke pasar! Daripada mendengarkan ocehan manusia satu itu lebih panjang lagi! Whussss




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuk

Bapak

Adek