Gadis Gawan Kembang

Aku akan menceritakan satu orang perempuan, inisialnya Irada hehe. Dia adalah gadis “gawan kembang” (istilah Jawa untuk menyebut gadis yang banyak disukai laki-laki) yang bernama lengkap Irada Nur Annisa Wicaksono. Usianya lebih tua, selisih 9 bulan denganku, tapi jangan tanya kelakuannya haha. Aku mengenalnya saat kami mendaftar beasiswa yang sama, Etos. Dia menghubungiku lebih dulu, dan kami sepakat berangkat bersama naik angkot saat sesi wawancara. Ah! Saat itu kami salah kostum. Kami mengenakan celana jeans cukup ketat dengan kerudung tipis ala anak SMA. Kami mendapat sindiran mutlak di asrama Etos karena pakaian kami. Di angkot, dengan hati setengah sebal, kami bercerita dan membahas beberapa hal. Kami juga sepakat untuk saling mengabari jika ada informasi beasiswa lagi. Ok deal!
Ternyata, baru aku sadar kalau aku dan dia berada di satu kelas yang sama, beberapa mata kuliah. Dia dan aku juga satu dosen wali. Dia juga daftar kerohanian islam, tapi beda departemen denganku hehe. Dan akhirnya saat itu kami mendaftar beasiswa yang sama lagi, Baznas. Kami sepakat datang bersama juga saat wawancara di ITS. Sejak saat itu, entah dia jadi centil sekali sering menghubungiku dan kami pergi bersama wkwk. Syukurlah kami diterima, yang artinya kami akan lebih sering bersama.
Aku biasa memanggilnya dengan sebutan “Be”, jangan tanya kronologisnya bagaimana karena aku pun sudah lupa hehe. Dia dulu memanggilku dengan “beb”, tapi sekarang dia jadi nggak sopan haha, dia manggil aku “mak”. Tak masalah, apapun panggilan yang kita layangkan, yang penting adalah kita sama-sama tau bahwa itu adalah panggilan kesayangan, hehe.
Aku dan dia tidak selalu sama, bahkan aku dan dia banyak tidak sepakat dalam beberapa hal, tak jarang juga kita bertengkar, tak jarang dia tiba-tiba mendiamkan aku, tak jarang aku kecewa padanya, tak jarang masalah terjadi pada kami. Tapi, aku menyadari bahwa itulah dinamika pertemanan. Kadang baik, kadang menyebalkan, kadang bersaing, kadang saling menguatkan. Yang jelas, apapun yang terjadi, kami tetap menjadi teman. Aku percaya dia sependapat denganku dengan ini.
Lalu, kami juga banyak bertukar, baik itu bertukar baju, barang, pikiran, tugas, makanan, tapi percayalah, kami belum bernah bertukar pasangan, dan jangan sampai itu terjadi wkwk.
Sekarang aku tinggal sekontrakan dengannya, tetapi beda kamar. Memang sih lama-lama bosan wkwk, karena bangun tidur sampai tidur lagi ketemunya sama doi lagi, doi lagi. Tapi yaudah lah ya wkwkwk, mumpung masih bisa satu lokasi, bisa jadi nanti kalau kami sudah dipisahkan oleh perjalanan hidup kami masing-masing, kami akan saling merindukan satu sama lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuk

Bapak

Adek