Venus (Cewek) vs Mars (Cowok)
Perempuan dan laki-laki
memang berbeda, secara jenis kelamin maupun secara gender. John Gray
mengumpamakan perbedaan ini menjadi dua planet, dan dijabarkan dalam sebuah
buku best seller yang berjudul “Men Are From Mars, Woman Are
From Venus”. Walaupun buku ini terbit sejak tahun 2003, namun sampai detik ini
pun aku belum membacanya. Aku sempat mendapatkan review singkatnya
dari salah satu kawanku yang memang selalu tertarik dengan buku yang berbau
pengembangan diri. Inti dari buku ini adalah tentang perbedaan-perbedaan yang
memang rawan menjadi konflik antara laki-laki dan perempuan, serta beberapa
solusi yang bisa diterapkan untuk saling memahami satu sama lain. Buku ini juga
sempat di translasikan oleh salah satu penulis Indonesia dengan disertai
ilustrasi yang membuat buku remake ini semakin menarik.
Aku tiba-tiba teringat
tentang buku itu karena tadi sore, sewaktu menemui kawanku yang sedang
merayakan wisudanya, aku berbincang dan berdebat beberapa hal dengannya,
tentang laki-laki dan perempuan. Saat itu kami duduk melingkar bertiga (tiga
orang tengah dalam foto itu), membahas beberapa hal, dan terceletuklah
pertanyaan dadakan dari teman laki-laki itu... Namun, kali ini, biarkan aku
menggunakan cara tematik untuk mengategorikan percakapan tersebut menjadi
kategori karakter yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Memang, tema
tersebut tidak bisa benar-benar menggambarkan bagaimana laki-laki dan perempuan
begitu saja. Tetap akan ada individual differences (tidak
semua laki-laki begitu) atau (tidak semua perempuan begitu). Namun, setidaknya,
sedikit cuplikan ini bisa memunculkan insight yang menurut
asumsiku cukup bisa digeneralisasikan (tanpa uji validitas dan
reliabilitas). Check this out!
Laki-Laki
|
Perempuan
(Aku dan Temanku)
|
Karakter
|
"Nis, Nis. Ntar kalo wisuda, kamu
juga pake kebaya nggak?"
|
||
"Kagak Pak, pake daster"
|
||
"Hahahahaha, udah luarannya pake
toga, dalemnya daster pula!"
|
||
"Lha pertanyaanmu loh nggak
dikontrol!"
|
||
"Hahaha, sorry lah. Beneran nanya
ini. Kali aja kamu mau pake hem kayak pas sidang."
|
Laki-laki bertanya memang karena rasa ingin tahunya, bukan sekedar kepo
atau mengolok.
|
|
“Ngawur, ini wisuda Pak, bukan lagi waktunya pake hem kayak Mahasiswa
Baru.”
|
Perempuan lebih responsif dalam menanggapi pertanyaan.
|
|
“Ya mungkin kamu mau yang anti mainstream!”
|
||
"Aaah, ya pake kebaya lah! Wisuda itu momen Pak! Momen itu harus diapresiasi dong! Perayaan wisuda kalo ngga
pake kebaya mah nggak afdhol"
|
Perempuan yang menonjol di aspek perasaan dan kenangan akan menghargai
dan ingin memberikan yang terbaik dalam setiap momentum dalam hidupnya.
|
|
“Emang iya gitu?”
|
||
“Iya lah! Bahkan aku udah punya kebaya loh”
|
Perempuan mempersiapkan –penampilan- (read:baju) jauh-jauh hari dari
acara, terutama yang membutuhkan fitting ukuran.
|
|
"Terus kamu mau pake make up juga
gitu kayak cewek2 itu?" Sambil nunjuk satu persatu wisudawati yang
terlihat anggun nan bermake up tebal.
|
||
"Lha menurutmuu? Udah pake toga,
pake kebaya, mau foto studio, terus nggak pake make up? Lak yo kucel"
|
Bagi perempuan, penampilan adalah segalanya, bahkan sekedar untuk foto.
|
|
"Ya kan kamu bisa pake gamping buat bedak!".
|
Laki-laki selalu memiliki cara untuk mencairkan suasana
|
|
Aku gemas dan sudah merespon pingin
memukul, tapi kutahan.
"Kamu mau milih rumah sakit apa
kuburan?", tanyaku padanya.
|
||
"Hahahaha, nggak mempan Nis. Badanmu
cuman segitu"
|
Laki-laki merasa lebih superior dan lebih powerful daripada perempuan
|
|
Aku langsung melepas sandal dan memukul
kakinya sampai dia mengaduh dan minta ampun. Belum selesai dia masih
melanjutkan.
|
||
"Cewek-cewek itu dandannya lama
banget, wisudaan jam 7 tapi jam 3 udah standby di tukang rias, bahkan ke salon loh, abis itu nggak boleh kena air. Belum lagi kalo
keringetan, dikit-dikit ngaca benerin bedak.Kan ribet banget!"
|
Bagi laki-laki, berdandan dengan make up adalah sesuatu yang merepotkan.
|
|
"Eh bro, kamu gak akan pernah
ngerasain esensinya sebelum kamu jadi cewek. Penampilan itu penting. Make up juga
penting, biar nggak ketok nggilani (menjijikkan) pas difoto. "
|
Bagi perempuan, apapun tetap dilakukan agar bisa tampil maksimal.
|
|
"Kan foto nya cuman tinggal
jepret!"
|
Laki-laki tidak memikirkan esensi dari sebuah momen yang diabadikan.
|
|
"Gini nih kalo cowok
ngeselin nggak paham cewek. Iya kan jelek kalo muka nggak di make up! Emang kalian cowok selalu mikir -bodho amat-?"
|
||
“Tapi kadang dimake up malah makin jelek loh Nis,
apalagi ketebelen kayak itu”, dia menunjuk salah satu perempuan yang entah
kenapa membuatku dan kawan perempuanku sepakat dengannya dan kami tertawa.
|
Penilaian laki-laki objektif, tanpa melibatkan unsur perasaan. Perempuan
kadang melibatkan unsur perasaan (bisa jadi merespon setelah memikirkan
perbandingan dengan dirinya).
|
|
"Eh, gimana tadi acara di
dalem?" Aku coba ganti topik pembicaraan, daripada dia terus-terusan
mengoceh tentang perempuan.
|
Perempuan suka mengalihkan pembicaraan, topik banyak, namun tidak
eksploratif.
Laki-laki lebih fokus ke satu tema, namun diperbincangkan secara detail
dan eksploratif.
|
|
"Nis, aku saranin nanti kamu simpen
film di HPmu buat nungguin namamu dipanggil. Aku nyimpen dua film masih aja
kurang. Lama banget nunggu namaku dipanggil"
|
Laki-laki memiliki cara yang bagus untuk mengatasi kebosanan dan
aplikatif.
|
|
"Ihh dasar! Tapi idemu menarik,
boleh ntar aku simpen deh."
|
Perempuan mudah terpengaruh.
|
|
“Kalo aku sih Nis, mending tidur.” (kawanku)
|
Perempuan kadang memiliki cara tanpa memikirkan dampak ketika menghadapi
kebosanan (bisa juga dengan makan banyak atau belanjahabis-habisan)
|
|
“Kalo tidur ntar selain nggak denger namamu dipanggil, ileran gimana?
Hahahahaha udah make up lama, mahal, dipake tidur ngiler. Hahahaha udah bener
tuh nonton film aja.”
|
Laki-laki bisa melihat dari beberapa sudut pandang.
|
|
"Kalian bisa make up ta?" Lanjutnya bertanya
pada kami.
|
||
“Bisa lah, kemarin aku make up sendiri kok, cuman sejam” jawab kawan
perempuanku
|
Perempuan terampil dalam hal-hal yang bersifat ketelatenan dan kesabaran.
|
|
"Bisa dikit-dikit, kenapa? Mau coba
aku make up in?" sahutku
|
||
"Idih, nggak doyan sama make up yey" Dia
bergaya seolah waria sedang menggoda.
Hahahahahahahahahaha serentak kami
tertawa, lagi.
|
Laki-laki jika bersikap menyalahi kodratnya akan menjadi sesuatu yang
aneh
|
|
"Sumpah cocok!"
|
||
"Nih ya, eke ajarin tutorial make up
gretong"
|
||
"Gimana sis?"
|
||
"Jadi gambarin tuh semua make up,
bedak, listip, alis itu ke meja"
|
||
"Terus?"
|
||
"Abis itu benturin mukamu ke meja
sampe semua make up nya nempel di mukamu"
Hahahahahahahahahahaha
|
||
"Tutorial mau harus ada contohnya
sis, kagak bisa cuman instruksi"
|
Perempuan tidak mau kalah saat sesi “ngeyel” (read: debat kusir tak
bertema)
|
|
"Eh dikasih instruksi gratis malah
minta dipraktekin, maunya gratisan mulu"
|
Begitulah. Hanya secuplik,
namun bagiku cukup menggelitik, karena percakapan tadi cukup menarik untuk
dijadikan sebuah topik dan diketik #eak-ik haha
Kesimpulannya tetep sih,
laki-laki dan perempuan itu beda, kawan. Nggak bisa disamakan. Namun, jangan
sampe perbedaan itu selalu memunculkan salah paham. Kalau memang ada yang tidak
berkenan, silakan dikomunikasikan, apalagi dengan pasangan, biar nggak sampe
ada pertengkaran. Yup!
Ok, i’m done!
Komentar
Posting Komentar