Bisulku Pecah!
Bisul merupakan sesuatu yang sangat mengganggu dalam aktivitas sehari-hari manusia. Bayangkan saja, walaupun kecil, nyerinya itu hmm tidak bisa ditahan. Apalagi letaknya di pantat, hmm nya dobel hahaha.
Tapi kali ini aku sedang tidak membicarakan
bisul yang sebenarnya. Karena aku akan membahas hal lain yang kuibaratkan
sebagai bisul. Durasi total satu tahun setengah, aku menahan cenut-cenut di
kepala karena harus mempersiapkan tugas akhir kuliahku, inisialnya skripsi. Ya,
skripsi. Bukan inisial dong! Nggakpapa! Ya, aku memulai skripsiku dari nol,
karena memang proposal penelitianku sebelumnya sudah ditolak oleh dosen
pembimbingku. Aku sudah mencoba mengajukan berbagai judul baru yang mungkin
menarik bagiku. Tapi, hanya bagiku, tidak bagi dosen pembimbingku. Aku
mengajukan judul dengan dasar logika yang bagiku cukup. Tetapi, lagi-lagi,
karena alasan kurang urgent, tidak menarik, dan lain sebagainya, aku harus
mengganti tema dan judulku. Qodarullah, suatu hari ada kasus yang menurutku
menarik dan kebetulan kasus tersebut sesuai dengan minat penelitian beliau.
Akhirnya, aku bercerita panjang lebar tentang kasus itu dan aku berharap aku
boleh mengambil penelitian dari kasus ini. Dan, bingo! Dosenku dengan senang
hati mendengar kasus itu dan langsung memintaku menggarap sebagai studi kasus.
Okey, aku juga senang menerima
tantangan itu, karena menurutku kasus ini cukup unik, berbeda dengan minat dan
gaya penelitianku sebelumnya, dan yang paling penting adalah memenuhi syarat
metodologis untuk kujadikan penelitian.
Titik awal ini kumulai sejak aku
semester 7. Namun, karena memang kesalahanku, aku terlalu sibuk di organisasi
dan berbagai hal di luar kuliah lainnya, aku sedikit banyak mengesampingkan
skripsiku. Skripsiku terdampar indah sampai di BAB 3 dengan BAB 1 dan 2 belum
fix sampai akhir semester 7. Baiklah... Kuakui aku menyesal, tanpa ada tapi.
Lalu, pada semester 7 akhir itu pula, aku mendaftarkan diri untuk ikut
pertukaran pelajar ke Brunei Darussalam. Aku juga minta putus secara sepihak ke
partner LDRku, tepatnya 1 bulan sebelum aku berangkat. Aku memilih untuk
“kabur” dan mencari aktivitas baru agar aku bisa mendapatkan inspirasi lain,
atau bahkan aku bisa sambil melakukan penelitian lain barangkali bisa. Haha,
tapi lagi-lagi itu hanya ekspektasiku. Aku tidak pernah membayangkan bahwa
hidup di Brunei, kuliah di Universitas peringkat 105 dunia, dan nomor 1 se-Asia
akan sesulit ini. Aku harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup mereka, dengan
lingkungan yang lebih mirip hutan daripada kota, tidak ada transportasi umum,
terlalu kuat dan mengekangnya aturan kerajaan, dan hal-hal lain yang seolah
berkebalikan dengan kehidupanku di Surabaya. Aku pernah menyinggung kisah
tentang negara kaya minyak mentah ini di tulisanku sebelumnya. Okey, kuanggap
itu sebagai pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Negara
kaya, tapi juga masih begitu kental dengan ke”hijau”annya.
Aku menjalani kehidupanku atas nama
pelajar Indonesia selama 1 semester, dan aku benar-benar melupakan skripsiku
sejenak. Aku larut dengan berbagai rutinitasku dan kesibukanku mengerjakan
tugas. Di tengah masa studiku, perlahan, aku mulai kontak kembali dengan
partner LDRku, dan bahkan demi bisa menemuinya, aku membeli tiket transit ke
Jakarta saat pulang ke tanah air. Sekembalinya percakapan demi percakapan itu,
aku mulai teringat lagi skripsi yang telah kutelantarkan selama satu semester
itu. Hahaha, lebih tepatnya aku teringat semua kehidupan di Surabaya yang
seolah menunggu untuk kulanjutkan. Jeda Ramadhan dan libur hari Raya Idul
Fitri, aku seolah melakukan jeda juga untuk menyesuaikan diri kembali ke
Surabaya. Menata kembali segala aktivitas dan rencana studi.
Aku mulai benar-benar serius
mengerjakan skripsi sejak Bulan Juli 2017. Aku mengatakan serius ini dalam arti
aku sungguh-sungguh. Aku mulai menyicil, mereview ulang semua jurnal yang akan
aku pakai, mengkaji ulang tulisan bab 1 sampai bab 3 ku, dan aku juga mulai
melakukan pendekatan ke subjek yang berada di Yayasan. Sulit sekali mendapatkan hati doi hanya untuk
kuwawancara selama kurang lebih dua jam. Maklum saja, pengalaman yang akan
kugali adalah pengalaman kelamnya yang sangat tidak ingin dia ingat lagi walau
hanya sedikit. Ya, kesabaranku membuahkan hasil, sampai akhirnya, tiga bulan
kemudian aku bisa mendapatkan cerita darinya. Di lain hal, perjuanganku untuk
mendapatkan hati subjek yang lain pun berhasil kulakukan. Data, kunci dari
penelitian kualitatif, akhirnya aku dapatkan perlahan lahan. Genap satu bulan,
deadline pun semakin dekat. Ada masalah! Subjekku yang seharusnya tiga orang,
karena kesalahan asesmen yang membuatku salah target, yah! Akhirnya aku harus
nekat untuk maju dengan dua subjek sebagai bahan studi kasus. Aku sempat down saat itu, partner LDR ku pun jadi
sasaran labilnya aku saat itu. Orang-orang di sekitarku membiarkan aku berkutat
sendirian, karena aku juga bukan tipe orang yang mau berbagi perasaan. Kupendam
dan kulalui semuanya sendiri, sampai bom! Aku stressed!
Di tengah tekanan deadline dan kendala
penelitian, aku harus strugle dengan diriku. Partner LDRku masih saja mendukung
secara emosional, selalu bisa menempatkan diri. Tak apa, aku masih punya waktu.
Aku sangat bersemangat mengerjakan bagian demi bagian, di samping tuntutan
untuk konsultasi. Ah, tidak tidur, dopping kopi, camilan, vitamin, apapun
kukonsumsi agar badanku tetap fit dan bertenaga. Sampai akhirnya DEADLINE! Jika
akademik tutup pukul 4 sore, ah, aku mungkin terlambat. Karena sampai pukul 3
sore pun, aku belum cetak dan belum digandakan dua kali. Seburu-buru apapun,
aku tetap tidak bisa mengejarnya kalau harus lengkap semua bagian, apalagi saat
itu, Surabaya sedang diguyur hujan. Akhirnya, aku nekat mengumpulkan bagian
seadanya dengan meminta tenggang waktu sampai hari senin untuk melengkapi
bagian-bagian lainnya seperti daftar isi, daftar tabel, dan lain-lainnya. Nekat
itu membuahkan hasil! Bagian akademik yang sudah menghafal namaku pun cuman
tertawa dan mengiyakan. Oke! Misi pengumpulan skripsi terselesaikan! Tinggal menunggu
jadwal sidang dengan perkiraan dua minggu pasca pengumpulan.
Aku sudah “menyolawati” dua nama yang
kuharap menjadi dosen penguji! Dan, BINGO! Allah mengabulkan doaku. Aku mendapatkan
dosen penguji yang pas! Sidang juga berjalan lancar, walaupun memang pertanyaan
yang sudah kuprediksi tidak bisa kujawab pun keluar. Itu catatan besar untuk
revisiku. Dan yeyy! Aku sudah dinyatakan lulus. Nangis dong, untung ada yang
siap dengan pelukannya :”) Terima kasih, Kak Ana.
Setelah merampungkan semua revisi,
sekarang aku masih memenuhi beberapa syarat untuk yudisium. Tinggal 1 lagi yang belum rampung, jurnal! Ya,
dosen pembimbingku memintaku untuk memasukkan tulisan jurnalku minimal ke
jurnal nasional atau jurnal internasional, bukan hanya di jurnal fakultas. Challenge
is accepted! Saya usahakan, Buk!
Yak! Bisulku pecah! Aku lega! Satu tahap
selesai! Aku siap menghadapi tahap perkembangan dan tantangan selanjutnya! Yang
penting, bisulku pecah, yeyy! Tidur mulai nyenyak, mimpi buruk mulai
menghilang, ganjalan pikiran sebelum tidur pun sudah berganti topik, bukan
tentang skripsi lagi! Yah, begitulah! Alhamdulillah :3
Komentar
Posting Komentar