Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Perjalanan Akhir Pekan

Gambar
Di suatu Minggu pagi, di deretan kursi untuk menunggu kereta, aku menunggu kereta yang akan membawaku pulang. Lalu, ada perempuan bermasker, berjalan di depanku sambil telfon, sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, kuhitung setiap kali dia melintas. Sampai akhirnya dia duduk di sampingku. "Turun mana Mbak?" Tanya ibu paruh baya itu kepadaku. Tidak begitu antusias aku menanggapinya, karena memang dia sedang dalam percakapan via telpon dengan seseorang di sana yang dipanggilnya berkali kali dengan sebutan "beb".  "Ah saya Jombang Buk. Ibuk?" Kucoba kembali bertanya untuk membangun percakapan. "Aku Jombang juga Mbak. Tapi turun Tarik dulu." Aku mau menimpali, tetapi justru aku diacuhkan dan Ibu itu kembali bercakap dengan "beb"nya. Ah yasudah lah! Setelah beberapa saat, ibu itu kembali bertanya, "Mbak kuliah ta?" Aku sudah tidak begitu selera menanggapi dan akhirnya kujawab singkat, "Iya Buk" ...

Pertemuan Semu (2)

Gambar
"Tertawamu lebar sekali! Selucu itu kah ibu tadi bersikap?" Aku protes. Karena dia jarang sekali tertawa begitu. Biasanya sok cool dan cuman ber-haha. "Hahaha, iya. Kamu juga sama, tertawa lepas." "Tapi tidak sepuas kamu!" "Oh ya, boleh aku tanya?" "Kenapa?" "Kalau aku adalah dia, apakah kamu masih tetap menyukaiku"? "Pertanyaan konyol" "Sungguh!" "Entahlah, kau yang membuatku terlanjur menyukaimu. Lantas kalau memang kamu adalah dia, selama kamu melakukan hal yang sama, ya aku bisa menyukaimu juga. Mudah saja kan?" "Hahaha, lantas siapa yang lebih kau pilih?" "Heiii, kenapa pertanyaanmu mendadak retorika begini? Ah cari pertanyaan lain yang mudah kujawab saja. Seperti aku sudah makan apa belum" "Tidak, itu terlalu klasik! Kau selalu bilang tak akan pernah lupa makan. Toh kamu masih tetep seger begini, aku tak perlu bertanya hal-hal begitu"...

Cerpen : Pembicaraan Tak Berujung (1)

Ah! Lagi-lagi kau benar. Orang-orang yang menyayangiku tidak akan marah atau menaruh kecewa atas kegagalanku. Tapi izinkan aku egois menyangkal bahwa tetap saja harga diriku akan hancur ketika aku menjumpai kegagalan. Dan paaasti mereka pun akan kecewa dan bertanya mengapa bisa begini. Aku harus jawab gimana? "Ya gitu kalau nggak pernah gagal, kesandung dikit aja udah down." "Iya, tapi aku sudah malu, harga diriku hancur, planningku semuanya meleset, aku nggak sanggup menghancurkan semua harapan dan ekspektasi mereka" "Kayak orang lain nggak pernah mengalami hal seperti kamu aja! Udahlah, orang lain yg pernah nemuin kegagalan pun bisa bangkit. Kamu pun bisa. Yang penting masih nyimpen keyakinan. Yakin kalo kamu bisa nyelesein semuanya baik-baik. Aku lho yakin kamu bisa." "Iya tapi...." "Apa?" "Aku nggak tau... Oh ya, bagaimana pekerjaanmu?" "Nggak usah bahas pekerjaan, nggak usah mengalihkan pembicaraan, pe...

Pertemuan Semu (1)

Gambar
Masih begitu berat untukku membuka mata. Yaa, mataku memang sedang kupekerjakan secara romusha. Aku paksa lihat layar berjam-jam sampai larut. Tanpa kugaji vitamin mata atau kacamata anti radiasi. Aku cuman berpikir kalau aku harus segera menyelesaikan tugas akhirku agar aku bisa balas dendam tidur sesuka hatiku. Tapi tetap aku harus membuka mata agar orang yang membangunkanku puas melihatku terbangun. Belum penuh bola mataku terbuka, seketika dia bertanya "Kau berangkat jam berapa?" "Ah? Berangkat ke mana?" "Kau tidak keluar?" "Oh iya, ada rencana keluar memang" "Jam berapa?" "Jam 9 mungkin. Kenapa?" "Sepertinya aku perlu ke klinik untuk periksa" Dengan berat kepala aku beranjak, dan menempelkan telapak tanganku ke dahi dan lehernya, sudah ala emak-emak yang mengecek demam anak perempuannya.  "Tak apa. Sudah lebih baik daripada kemarin. Wajahmu juga sudah tidak merah lagi, cukup segar. Ndak...