Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Gadis Gawan Kembang

Aku akan menceritakan satu orang perempuan, inisialnya Irada hehe. Dia adalah gadis “gawan kembang” (istilah Jawa untuk menyebut gadis yang banyak disukai laki-laki) yang bernama lengkap Irada Nur Annisa Wicaksono. Usianya lebih tua, selisih 9 bulan denganku, tapi jangan tanya kelakuannya haha. Aku mengenalnya saat kami mendaftar beasiswa yang sama, Etos. Dia menghubungiku lebih dulu, dan kami sepakat berangkat bersama naik angkot saat sesi wawancara. Ah! Saat itu kami salah kostum. Kami mengenakan celana jeans cukup ketat dengan kerudung tipis ala anak SMA. Kami mendapat sindiran mutlak di asrama Etos karena pakaian kami. Di angkot, dengan hati setengah sebal, kami bercerita dan membahas beberapa hal. Kami juga sepakat untuk saling mengabari jika ada informasi beasiswa lagi. Ok deal! Ternyata, baru aku sadar kalau aku dan dia berada di satu kelas yang sama, beberapa mata kuliah. Dia dan aku juga satu dosen wali. Dia juga daftar kerohanian islam, tapi beda departemen denganku hehe. ...

Rahmat's Children

Kali ini aku akan menceritakan tentang keluargaku di kampus, anak-anak Papi Rahmat Hartanto. Aku menceritakan penggalan kisah mereka masing-masing dalam beberapa tulisanku sebelum ini. Aku pernah bercerita tentang Papi, pernah tentang cerita tentang tiga anak perempuan papi, tapi belum pernah bercerita tentang anak laki-laki papi. Keluarga papi ini terbentuk karena kami pernah satu departemen saat ikut organisasi yang sama, Kerohanian Islam Fakultas Psikologi, Unair. Dan, Papi pernah bilang bahwa kekeluargaan kami harus selalu terjaga, karena keluarga bukan sekedar karena ikatan darah, namun bisa juga karena ikatan ukhuwah. Cie Okey, aku akan menceritakan satu per satu dari mereka. Sebelum anak-anaknya, aku akan menceritakan kepala keluarganya, yaitu Papi Rahmat Hartanto. Aku suka sekali menyebutnya sebagai orang yang idealis tapi realistis, karena memang itu yang sering diajarkan papi. Papi juga “mendidik” kami untuk percaya pada diri sendiri, melakukan apapun atas dasar diri se...

Dulu, di Masa Lalu

Dulu kita pernah dekat, namun sekarang saling sapapun tak pernah sempat Dulu kita pernah saling menghibur, namun sekarang semua kenangan itu seolah terkubur Dulu kita pernah saling berbagi cerita, namun sekarang seolah tak bersisa Dulu kita pernah saling memberi warna, namun sekarang sepertinya hampa Kalau kamu bilang pertemanan itu ada batas waktu dan jaraknya, aku tidak sepakat dengan itu. Kalau kamu bilang komunikasi sudah tidak penting lagi saat jarak menengahi, aku tidak pernah sepakat dengan itu. Kalau kamu bilang berteman karena bisa saling mendapatkan keuntungan, bolehlah aku sepakat- tapi tidak sepenuhnya, kerena kita sama-sama tahu bahwa ada kalanya kita saling merugikan. Kamu tahu maksudku kan? Tak ada masalah, tak ada pertengkaran, namun tiba-tiba saja kamu tak pernah muncul di berandaku Padahal, kamu suka sekali berfoto dan menunjukkan semua aktivitasmu Ada apa? Ah, setelah aku melihat lebih jauh lagi, ternyata kamu benar-benar menghilang Kamu menutup seluruh ...