Pengaruh Kelompok
Pengaruh
Kelompok, Konformitas, dan Kepatuhan
Sebagai
makhluk sosial, tentunya kita hidup membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan,
kita pasti akan terikat oleh status sebagai anggota kelompok. Entah berupa
kelompok bermain, organisasi, komunitas, bahkan suku bangsa. Kelompok merupakan
kumpulan yang terdiri atas dua atau lebih individu yang saling berinteraksi dan
tergantung. Membicarakan tentang klik, gank,
komunitas atau kelompok, maka tak akan lepas dari pembicaraan tentang
konformitas, kepatuhan, dan pengaruh kelompok. Selanjutnya akan dibahas satu
per satu tentang ketiga istilah tersebut.
Kita
sering sekali melakukan konformitas ketika sedang berada di antara peer group atau teman sepermainan kita
dan kita berada dalam tekanan sosial. Apa itu konformitas (conformity)?
Ketika kita menyukai K-Pop dan drama korea
karena pengaruh sosial, misalnya saat itu teman – temak sekelas kita
menyukainya dan Korea menjadi trending
topic, kita terpaksa menyukainya juga agar “tidak ketinggalan topik
pembicaraan” dengan teman – teman kita, maka kita terpengaruh tekanan sosial
dan kita melakukan konformitas. Contoh lain adalah ketika sekumpulan anak cowok
merokok, ada seorang yang seharusnya tidak merokok tetapi ikut merokok, maka
dia juga melakukan konformitas. Dia tidak ingin dianggap berbeda dan dianggap
“menyimpang” dengan kelompoknya, dia ingin dianggap sama. Tokoh terkemuka yang
melakukan penelitian tentang konformitas ini adalah Solomon Asch, yang
melakukan percobaan tentang “garis mana yang memiliki panjang sama dengan
gambar yang ditunjuk”.
Dalam kelompok tentunya juga memiliki leader, entah disebut dengan bos, ketua,
pimpinan, dan sejenisnya. Ketika leader
memberikan perintah atau meminta sesuatu, biasanya anggota kelompok cenderung
akan menurutinya, bukan? Ya, dan inilah yang disebut sebagai kepatuhan (obedience).
Kepatuhan adalah bentuk pemenuhan yang
terjadi ketika seseorang mengiyakan permintaan atau perintah langsung, umumnya
dari seseorang yang memiliki jabatan, kedudukan, atau orang yang berpengaruh
dalam kelompok. Tokoh yang melakukan penelitian tentang konformitas ini adalah
Stanley Milgram, yang melakukan percobaan “seberapa jauh perintah peneliti
dipatuhi oleh subjek yang berperan sebagai dosen yang harus menghukum
mahasiswanya yang salah dengan sengatan listrik yang semakin lama semakin
bertekanan tinggi”
Konformitas dan kepatuhan tentunya akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam kelompok, seperti budaya (budaya
kolektif seperti di Indonesia tentunya akan berbeda dengan budaya individual di
Amerika Serikat), kerjasama, tekanan kelompok, dan independensi anggota.
Ketika berinteraksi dan bekerja sama dalam
kelompok, bisa meningkatkan atau menurunkan produktivitas seorang individu. Social loafing adalah kondisi menurunnya
upaya atau produktivitas seseorang ketika bekerja dalam kelompok dibandingkan
dengan ketika dia bekerja sendiri. Hal itu bisa terjadi karena adanya difusi
tanggung jawab ketika berada dalam kelompok. Misalnya ketika mengerjakan tugas
Biologi dari guru, seharusnya si A bisa mengerjakannya sendiri dengan baik dan
selesai lebih cepat. Namun, karena itu merupakan tugas yang harus dikerjakan
bersama, si A hanya mengerjakan bagiannya dan harus menunggu teman – temannya
mengerjakan bagian masing – masing dan dikumpulkan bersama, walaupun ternyata
ada satu orang yang tidak berpartisipasi. Kemudian setelah terkumpul, diedit, baru bisa selesai. Bahkan tidak
jarang, pekerjaan kelompok baru selesai nyaris deadline. Si A merasa bahwa produktivitasnya tidak bisa maksimal
ketika berada dalam kelompok, dan dia merasa bahwa tidak harus mengerjakan
semua tugas itu sendirian, karena sudah ada yang bertanggung jawab pada bagian
masing – masing.
Namun, terkadang dalam kelompok juga
terjadi social facilitation, yaitu
kondisi meningkatnya upaya atau produktivitas seseorang ketika bekerja dalam
kelompok dibandingkan dengan ketika dia bekerja sendiri, kebalikan dari social loafing. Contoh social facilitation adalah ketika si B
berada dalam sebuah komunitas kerja yang memiliki target tinggi dan orang –
orang yang berkompeten, si B terpacu untuk memberikan kinerja terbaik dalam
tugasnya untuk dapat menyamai rekan – rekannya dan mencapai target yang telah
ditentukan. Hal ini akan berbeda ketika dia bekerja secara individual yang
cenderung akan bekerja semaunya.
Nah, sebenarnya ada begitu banyak
pembahasan tentang kelompok. Tapi, untuk saat ini mungkin cukup ini dulu ya. J Semoga bermanfaat.
With Love,
Yunisa Sholikhati
Komentar
Posting Komentar